background

RILIS BERITA

Berita Utama


Berita Terbaru

Image
Senin, 07 Oktober 2019
Seminar Prodi Hukum Agama Hindu STAHN Gde Pudja Mataram

Program Studi (Prodi) Hukum Agama Hindu, Jurusan Dharma Sastra STAHN Gde Pudja Mataram menggelar seminar dengan tema Penguatan Kompetensi Program Studi Hukum Agama Hindu Melalui Pembentukan Badan Konsultasi Bantuan Hukum. Kegiatan itu dilaksanakan di kampus STAHN Gde Pudja Mataram, Kamis (27/6). Ketua Panitia Seminar Prodi Hukum Agama Hindu, I Gusti Ayu Aditi, SH., MH., dalam laporannya menyampaikan bahwa yang melatarbelakangi seminar itu yakni akses untuk memperolah keadilan semakin dibutuhkan masyarakat. Juga untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat Hindu yang tidak mampu seiring biaya perkara di pengadilan yang cukup tinggi. Gagasan ini muncul karena banyaknya permintaan terhadap dosen program studi hukum agama Hindu sebagai saksi ahli yang berkaitan dengan masalah hukum adat dan hukum Hindu, katanya. Gusti Ayu Aditi mengatakan, melihat situasi sulit dan kompleks yang dihadapi warga masyarakat Hindu di NTB tersebut, dengan didukung oleh beberapa dosen menggagas berdirinya sebuah lembaga yang memiliki komitmen dan kepedulian. Lembaga yang dimaksud ini kemudian akan dikenal dengan nama BKBHH. Seminar itu menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Sulistyowati Irianto, M.A., dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), dan L.M. Hayyanul Haq, SH., LLM., Ph.D., dari Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram). Peserta seminar sebanyak 92 peserta yang terdiri dari dosen, pegawai, alumni, mahasiswa, unsur praktisi, dan pengurus PHDI kecamatan se-Kota Mataram. Ketua STAHN Gde Pudja Mataram,Dr. I Nyoman Wijana, S.Sos., M.Si., M.Pd., dalam sambutannya mengajak peserta untuk membuat diskursus tentang Prodi Hukum Agama Hindu. Terutama berkaitan dengan konsep integrasi yang merupakan suatu bentuk komunikasi baik secara lisan maupun tertulis yang memiliki satu kesatuan yang utuh.Prof. Dr. Sulistyowati Iriantodengan materi Pendidikan Tinggi Hukum Masa Depan dan Klinik Hukum menyampaikan tuntutan masyarakat bahwa sekolah hukum melahirkan profesi hukum dengan pengetahuan dasar dan keterampilan hukum yang kuat, sekaligus mampu membangun budaya berkeadilan. Juga menegakkanrule of law, tanpa meninggalkan keadilan masyarakat. Apakah kurikulum kita siap? Peluang mahasiswa untuk mengambil kuliah pilihan sangat minim, padahal saat ini ada banyak persoalan kemanusiaan dan kemasyarakatan yang membutuhkan ilmu hukum, katanya. Sulistyowati juga menekankan perguruan tinggi harus terbebas dari kepentingan kekuasaan dan uang. Fungsi yang khusus untuk reproduksi pengetahuan.

Image
Minggu, 23 Juni 2019
Seminar Prodi PG-PAUD STAHN Gde Pudja Mataram

Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja Mataram menggelar seminar dengan tema Penanaman Nilai Kemanusiaan pada Anak Usia Dini. Kegiatan itu dilaksanakan di gedung Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram, Rabu (19/6). Ketua Panitia Seminar Prodi PG-PAUD STAHN Gde Pudja Mataram, Dr. I Gusti Ayu Santi Patni R., S.Ag.,M.Pd.H., dalam laporannya mengatakan tujuan dari kegiatan seminar ini agar Prodi PG-PADU memiliki acuan dalam pengembangan sumber daya manusia terutama di Prodi PG-PAUD. Seminar ini diikuti oleh 91 orang terdiri dari 12 dosen, tiga orang CPNS, 28 orang mahasiswa PG-PAUD, 16 orang mahasiswa perwakilan Prodi lainnya, dan 31 orang guru agama Hindu. Seminar ini dilaksanakan selama satu hari, katanya. Seminar ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. I Ketut Gading, M.Psi., yang membawakan materi berjudul Pendidikan Nilai Berbasis Budaya Melalui Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini dengan cerita dan Gerak Lagu. Narasumber lainnya, Dr. I Putu Aditya Antara, S.Pd., M.Pd., membawakan materi berjudul Pengembangan Lembaga PAUD Berbasis Penanaman Nilai Kemanusiaan. Mereka berdua berasal dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Ketua STAHN Gde Pudja Mataram,Dr. I Nyoman Wijana, S.Sos.,M.Si.,M.Pd., dalam sambutannya mengatakan,guru peletak dasar dari generasi muda bangsa.Pada hari ini kita kedatangan Narasumber yang sesuai dengan keahlian di bidang PAUD, membahas apa yang berkaitan tentang PAUD, katanya. Nyoman Wijana mengatakan, usia 0 sampai 6 tahun dianggap usia sangat kritis untuk penanaman nilai termasuk nilai kemanusiaan. Dalam seminar ini juga untuk penanaman karakter bagi mahasiswa STAHN Gde Pudja. Kita perlu kaji dari para narasumber yang menguasai bidang itu, mudahan kita dapat wawasan cara berpikir bagi para dosen, mahasiswa, dan para guru yang berkepentingan mendapatkan wawasan baru dalam mengelola PAUD, katanya. Salah satu narasumber,Dr. I Ketut Gading, M.Psi., dalam pemaparannya mengatakan, masa usia dini adalah masa peka pendididika. Masa usia dini adalah masa peka pembentukan dasar-dasar kepribadian atau karakter. Masa peka, ketika dipengaruhi dia mudah berubah. Kenapa pendidikan dilakukan? karena manusia bisa dididik artinya bisa diubah. Kebiasaan bisa diubahpendidikan dilakukan di seluruh dunia karena manusia bisa berubah. Penenaman nilai sangat pas saat masa usia dini, jelasnya. Ia menjelaskan fokus pendidikan anak usia dini pada pembentukan karakter. Karakter dapat dikatakan juga sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu lain.

Image
Kamis, 02 Mei 2019
Pusat Studi Gender STAHN Gde Pudja Mataram Gelar Seminar Gender dengan Tema Peran Perempuan dalam Membangun Peradaban Bangsa

M A T A R A M ---Pusat Studi Gender Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja Mataram menggelar seminar dengan tema peran perempuan dalam membangun peradaban bangsa. Seminar itu digelar di kampus STAHN Gde Pudja Mataram, Selasa (30/4). Seminar itu menghadirkan WakilGubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, yang diwakili oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) NTB,Drs. H. Imhal, M.Pd. Ketu Panitia Seminar,Made Sumari, S.Ag., M.Ag., dalam laporannya mengatakanseminar ini mengusung tema peran perempuan dalam membangun peradaban bangsa. Panitia dalam seminar ini sebanyak sembilan orang. Kepala DP3AP2KB NTB, H. Imhal membawakan materi berjudul peran perempuan dalam membangun ketahanan keluarga. Sementara itu, Wakil Ketua I STAHN Gde Pudja Mataram, Dewi Rahayu Aryaningsih, S.Ag., M.Ag., dalam sambutannya mengatakan bahwa perempuan atau wanita harus berperan dalam peradaban bangsa. Kalaudalam Hindu, wanita tidak dihormati, upacara suci tidak berguna.Paling tidak sesungguhnya di Agama Hindu, wanita luar biasa, ketika lahir sebagai perempuan, sudah dari lahir dididik jadi seorang guru, ujarnya Dewi Rahayu menekankan, bahwa wanita harus berpengetahuan. Dalam Hindu, menekankan wanita harus menempuh pendidikan. Tema (seminar) ini sangat bagus untuk kita elukan bahwa wanita memiliki peranan penting dalam membangun peradaban bangsa, jelasnya. Kepala DP3AP2KB NTB, H. Imhal pada awal pemaparannya menyampaikan tentang visi dan misi NTB. Ia juga mengatakan, penduduk perempuan di NTB sebanyak 51 persen. Salah satu program prioritas di NTB adalah akselerasi peran perempuan dalam pembangunan, baik kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Ia juga menyampaikan data Indeks Pembangunan Gender (IPG) di NTB. Perlu kita terus berupaya agar peran perempuan ditingkatkan, katanya. Berbagai hal yang dilakukan antara lain dalam bidang pendidikan, anak-anak harus masuk PAUD.Beberapa program lainnya untuk meningkatkan kualitas perempuan yaitu pihaknnya melakukan advokasi ke seluruh dinas dan badan. Agar semua kegiatan harus responsif gender, ujar Imhal. Program lainnya yang dialakukan yaitu program peningkatan dan peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan. Pembangunan ketahanan keluarga. Imhal juga menyampaikan pihaknya berupaya agar terjadi percepatan kabupaten/kota layak anak. Juga dilaukan program perlindungan perempuan dari kekerasan dan pendewasaan usia perkawinan. Terkait ketahanan keluarga bagaimana supaya keluarga kita tangguh, kuat dari segi kuat pendidikan, kesehatan, ekonomi, sisi psikologis,