
Mataram — Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram mendukungan sepenuhnya implementasi program nasional tentang Trilogi Kerukunan Jilid II yang diinisiasi oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar.
Program ini kembali ditekankan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, dalam berbagai forum strategis nasional sebagai arahan dan petunjuk kepada seluruh pimpinan PTKN untuk mengimplementasikan trilogi secara konkret di lingkungan kampus.
Sebagai bagian dari Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) di bawah Kementerian Agama, IAHN Gde Pudja Mataram memandang bahwa Trilogi Kerukunan yang meliputi kerukunan dengan Tuhan, kerukunan dengan sesama, dan kerukunan dengan alam semesta sangat sejalan dengan nilai-nilai Tri Hita Karana yang menjadi filosofi dasar kehidupan umat Hindu.
Konsep Tri Hita Karana terdiri atas Parahyangan (hubungan harmonis dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis dengan sesama), dan Palemahan (hubungan harmonis dengan alam). Ketiga aspek ini menjadi pondasi dalam membangun keharmonisan hidup secara utuh.
Rektor IAHN Gde Pudja Mataram, Prof. Dr. Ir. I Wayan Wirata, A.Ma., S.E., M.Si., M.Pd., menyambut baik arahan Menteri Agama dan Sekretaris Jenderal Kemenag RI. IAHN Gde Pudja menyatakan terus berupaya menerapkan nilai-nilai kerukunan tersebut dalam berbagai aktivitas akademik maupun sosial.
“Trilogi kerukunan adalah perwujudan nyata dari ajaran Tri Hita Karana. Kami percaya bahwa kehidupan yang damai dimulai dari keseimbangan hubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam. Ketiga aspek ini menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan dan pembentukan karakter religius mahasiswa di IAHN,” ujar Prof. Wayan Wirata.
Kerukunan dengan Tuhan atau Parahyangan dijalankan melalui penanaman nilai-nilai spiritual dalam kegiatan akademik, pelayanan keagamaan, dan budaya kampus. Mahasiswa didorong untuk tidak hanya memahami ajaran agama secara konseptual, tetapi juga menjadikannya sebagai pedoman moral dalam bertindak.
“Kerukunan dengan Tuhan tidak berhenti pada ritual, tetapi harus diimplementasikan dalam sikap hidup yang penuh keyakinan, serta doa dan berbhakti yang tulus dan ikhlas. Spiritualitas harus menjadi sumber etika dan tanggung jawab sosial,” tambah Prof. Wayan Wirata.
Sementara itu, kerukunan dengan sesama manusia atau Pawongan menjadi bagian penting dalam membentuk suasana kampus yang inklusif dan toleran. Mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya dan daerah dibina untuk saling menghargai serta menjunjung tinggi nilai persatuan.
IAHN juga aktif menggelar kegiatan moderasi beragama, dialog lintas iman, dan menanamkan sikap toleransi dalam kehidupan kampus. Tujuannya adalah membentuk generasi muda yang siap menjadi agen perdamaian dan penjaga harmoni sosial di tengah masyarakat.
Kerukunan dengan alam atau Palemahan dilaksanakan melalui gerakan peduli lingkungan, penanaman pohon, serta pemanfaatan ruang hijau kampus secara berkelanjutan. Konsep ekoteologi Hindu menjadi dasar dalam membangun kesadaran ekologis seluruh sivitas akademika.
Melalui dukungan terhadap Trilogi Kerukunan Jilid II, IAHN Gde Pudja Mataram menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial. Harmoni dalam Tri Hita Karana menjadi arah nyata kampus dalam menciptakan peradaban yang damai dan berkeadaban.